Thursday, December 27, 2012

Keseharian Penduduk

Apa yang dilakukan orang dewasa penduduk kampung naga apa saja ? Bekerja lah pasti. seperti penduduk desa pada umumnya, sebagian besar dari mereka adalah petani. dan sawah yang mereka miliki kebayakan hasil warisan orang tuanya.

Selain bertani ada lagi ? tentu saja.. liat aja Postingan saya yang kali ini yee

-Bertani-
"sawah ladang terhampar luas samudera biruuuuu" yaa itu lirik lagu "Negeri Kita" dari band Punk 'Marjinal' memang sih tidak ada samudera di Kampung Naga, ya sudah biarkan sajalah..

Para penduduk yang bertani jelas menanam bahan makanan pokok yaitu Padi cuma, Padi disini pada umumnya tidak untuk dijual keluar desa, melainkan dimakan sendiri atau dibeli oleh penduduk yang kurang atau elum punya beras dan jika hasilnya benar-benar melimpah sampai panen beras berikutnya itu stokpadi gak habis, barulah dijual keluar desa.

tak hanya padi, penduduk desa pun juga menanam bahan makanan lain seperti cabai, kapulaga,dll.
saat kami kesana juga ada kapulaga yang baru saja dipetik dan sedang dijemur
Kapulaga yang Sedang Dijemur
(Photo by Didit Abdillah)

Petak Sawah yang Belum Lama Ditanami Bibit Padi
(Photo By Didit Abdillah)



Proses Penumbukan Padi
(Photo By Didit Abdillah)
-Beternak-
Bosen makan sayur ? ya ini pelngkapnya biar ada daging ya dagingnya harus diternak dulu. rata-rata Setiap rumah warga mempunyai kandang ayam di bawah rumahnya, ada juga yang beternak domba garut bukan untuk diadu tapi untuk dikonsumsi atau dijual dan ada juga yang menambak ikan
Kandang Domba (Photo by Didit Abdillah)

Tambak (Photo by Didit Abdillah)
-Dalam Hal Pariwisata-
Kampung Naga juga kan sebagai kampung adat budaya yang juga banyak pengunjung datang untuk menikmati keindahan alamnya atau belajar tentang budayanya dan bermunculanlah profesi Sebagai pemandu wisata, Administrasi pengunjung bahkan penduduk yang menjual souvenir khas kampung naga di rumahnya
Warga yang Menjual Souvenir
(Photo by Didit Abdillah)
Nih Poto Saya Sama Mang Ijat, Penduduk yang bekerja Sebagai Pemandu Wisata
(Photo by Yonanda Dewantoro)
-Anak Alam-
Tanpa game online, tanpa video game dan tanpa (sok) kemewahan yang anak kota miliki. Mereka bermain permainan tradisional dan bersahabat dengan alam

Soal sekolah, tentu saja anak-anak penduduk kampung naga juga bersekolah. pendidikan juga penting bagi mereka sob. cuma banyak dari mereka yang terhenti sampai tamatan SD atau SMA. lulusan SLTA saja sudah sukur ada yang minat. Sebagian dari mereka juga lebih memilih menjadi petani seperti orang tuanya dan ada juga yang berhenti sekolah karena kendala biaya


(Photo by Didit Abdillah)






Adat Istiadat dan Budaya

Setiap Kampung, Desa, Negara,bahkan dalam satu kepala keluarga mempunyai budaya dan adat yang digunakan untuk mengikat anggotanya agar tetap mematuhi peraturan dan hidup berada sesuai jalan yang benar sesuai dengan norma yang berlaku

Dalam buku "Komunikasi Lintas Budaya' yang diarang Samovar dkk
Robinson dan Rodriguez dalam tulisannya "Agama berperan penting dalam mengatur tindakan manusia. Hampir setiap tradisi agama membedakan antara tindakan yang benar dan salah"
Maka hal ini cocok untuk warga kamoung naga yag patuh terhadap agam maupun peraturan adat seperti tidak boleh keluar setelah waktu maghrib kecuali untuk urusan kamar mandi

Kampung Naga yang beretnis sunda memang mempunyai beberapa kesaman dengan adat istiadat orang sunda di tempat lain seperti menghormati dan mendahului apa yang dikatakan seorang Ayah, makan lesehan, menggunakan bahasa sunda yang halus dalam percakapan lintas generasi. Beberapa yang berbeda di kampung naga seperti

-Hutan Larangan-
Hutan Larangan berada di seberang sungai Cibulan. disebut Hutan Larangan bukan karena hutan ini mempunyai suatu hal yang mistis atau menyimpan hal yang besar melainkan karena hutan ini tidak boleh diambil hasil hutannya karena jika terus diambil, hutan ini akan gundul dan terganggunya ekosistem. Belum pernah ada yang berani masuk ke Hutan Larangan dari penduduk setempat sampai pengujung

Karena warga kampung naga sangat paham betul akan kata "pamali" jika ada peraturan yang dilanggar maka warga kampung naga tidak akan menghukumnya secara adat maupun hukum yang berlaku melainkan akan ada akibat yang dirasakan sendiri.

Sungai Cibulan dan Hutan Larangan
(Photo By Didit Abdillah)
-Tolak Bala-
Setahun sekali, warga kampung naga mengadakan selamatan rumah dengan memasang "Sawen"di pintu rumah sebagai media tolak bala yang teridir dari ketupat yang bentuknya berbeda dengan ketupat pada umumnya yangg disebut ketupat selamat yang memiliki lima sudut yang juga melambangkan waktu sholat (Isya, Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib)




Sawen (Photo By Didit Abdillah)

-Alat Musik-
Alat Musik khas sunda ? jelas pasti alat musik dari bambu memang akan menjadi ciri khas dan kampung Naga pun memproduksinya. Sebagai alat musik untuk souvenir atau untuk pertunjukan seni mereka sendiri.


  • Suling
  • Angklung
  • Krinding
Kalau Suling atau angklung mungkin sudah banyak diketahui masyarakat luas, bagaimana dengan krinding ?
cara memaikannya pun unik, dengan cara ditahan di mulut dan sedikit dipukul di bagian ujung maka bambu ditengahnya akan bergetar dan menimbulkan bunyi yang terpantul dari rongga mulut kita

Suling (Photo by Didit Abdillah)

Angklung (Photo by Didit Abdillah)

Krinding (Photo by Didit Abdllah)



-Pernikahan-
Untuk pernikahan, warga kampung naga boleh untuk memilih jodoh di luar penduduk kampung naga tetapi, jika ingin mengadakan pesta di kampung naga, tidak boleh memberikan kartu undangan, mengundang harus disampaikan secara lisan baik oleh mampelai maupun kerabat mempelai. Dan jika ingin mengadakan pesta di luar kampung naga barulah boleh menyebar undangan

-Warisan-
Tidak ada perbedaan jumlah antara laki-laki maupun wanita, semuanya sama saja dan dibagi dengan rata. Pada umumnya masyarakat untuk lelaki mendapatkan jatah warisan lebih banyak, di aturan Kampung Naga bisa jadi warisan untuk Wanita lebih banyak karena Lelaki dinilai bisa hidup lebih mandiri dalam mencari nafkah.

-Pemimpin-
Dalam pemilihan kepala adat, dipilih melalui pemilihan adat dan  penduduk kampung naga juga mengikuti Pemilu cuma pada umumnya penduduk kampung naga tidak tahu akan visi misi calon dan pasangan karena terbatasnya sumber informasi dan penduduk kampug naga tidak mungkin ikut kampanye dan yang dipilih pun berdasarkan hati nurani saja

Orang yang berpengaruh pada desa yang berlaku seara garis keturunan
  • Kuncen
  • Palebek
  • Punduh Adat


Wednesday, December 26, 2012

Beberapa Fakta dan Keunikan di Kampung Naga

-Asal Nama "Kampung Naga"-
Banyak pengunjung yang menduga bahkan sampai berekspektasi kalo Kampung Naga, benar-benar terdapat hewan naga  atau semacamnya, tapi tentu tidak karena nama asli Kampung Naga adalah "Kampung Nagawir" cuma banyak penduduk yang menyingkatnya agar lebih familiar dengan "Kampung Naga" maka nama inilah yang dikenal masyarakat luas. Kalau disebut "Naga" untuk jalanan menuju kampung naga kalau lewat Garut yang berkelok-kelok seperti "Jalur Naga" di cerita "Dragon Ball" itu juga masuk akal (^^)v

Bagaimana dengan "Kampung Sanaga" ? itu adalah kampung yang berada diatas pemukiman Kampung Naga sebelum kita menuruni anak tangga dan penduduknya Kampung Sanaga adalah keturunan penduduk Kampung Naga yang lebih modern yang sudah hidup memakai listrik, kamar mandi dalam, dll.

Banyak dari mereka yang tidak mendapat warisan rumah di Kampung Naga sehingga lebih memilh keluar dari Kampung Naga karena kampung naga tidak melarang penduduk aslinya untuk pindah maupun merantau bahkan jika mereka ingin kembali ke Kampung Naga pun tetap diijinkan asal kembali mematuhi peraturan dan dan adat istiadat asli Kampung Naga.

-Anak Tangga Banyaknya Bukan Kepalang-
Panjang ? pasti.. Banyak ? juga pasti .. Curam ?? cukuplaaahh..

439 anak tangga akan menjadi penerima tamu sebelum kita sampai dan menikmati keindahan panorama Kampung Naga.. Turun terasa gemetar dan Naik berasa dengkul akan pindah ke pangkal paha apalagi jika kita membawa barang yang cukup banyak

jika tidak mempunyai fisik yang kuat disarakan membawa obat atau dokter pribadi

-Cerita Jaman Dulu-


  • Dahulu tahun 1950, Kampung Naga sempat dibakar dan hanya menyisakan beberapa bangunan oleh DI/TII yang mengakibatkan hilangnya beberapa benda pusaka dan beberapa arsip bersejarah seperti bagaimana Islam Masuk ke Kampung Naga
  • Ketiadaan listrik di Kampung Naga dianggaplistrik sebagai pemecah adat dan bisa membahayak rumah mereka yang teruat dari kayu. Pemerintah sempat menawarkan listrik gratis seumur hidup bagi warga kampung naga, tetapi warga menolaknya karena jika ada aliran listrik, maka penduduk yang berpenghasilan berlebih akan membeli berbagai macam peralatan elektronik dan menimbulkan kcemburuan sosial
  • Pangeran Harry dan Pangeran William juga katanya pernah datang ke Kampung Naga secara sembunyi-sembunyi. berita ini saya rasa cukup benar melihat Pemandu Wisata kami yang agak canggung menjawab pertanyaan tentang kabar ini.

-Tugu Kujang-
Kujang merupakan senjata asli jawa barat dan dijadikan Tugu dan letaknya persis di parkiran sebelum menuju kampung naga dean Kujang tersebut memiliki tinggi 5 meter.. ditugunya tertulis kalimat dari bahasa Sanskerta dan Bahasa Arab


Tangga Menuju Kampung Naga
(Photo By Didit Abdillah)

Poto Bersama di Tugu Kujang (Photo by  Yardenia)



"Belah Jolopong" Nama Rumah Kami

Keunikan yang langsung terlihat saat tiba di Kampung Naga adalah bentuk bangunannya, semua rumah di Kampung ini memang memiliki bentuk yang sama hanya berbeda ukuran, tergantung dari fungsi bangunan tersebut.

Seperti judul postingan ini, nama bangunan seperti ini di kampung naga bernama "Belah Jolopong". Bangunan yang berbentuk rumah penggung dengan atap dari ijuk yang menyerap panas di siang hari dan membuat hangat pada malam hari karena sinar matahari yang ditangkapnya, atap ijuk ini bahkan dapat menyerap asap dari tungku yang digunakan penduduk untuk masak sehingga asap tidak mengepul di dalam rumah.

(Photo By Didit Abdillah)
-RUMAH TINGGAL-
Bangunan yang ada di kampung naga khususnya yang digunakan sebagai tempat tinggal bermacam ukurannya. Besar, kecil, dan sedang namun bukan berarti rumah yang berukuran besar itu milik orang kaya. Ukuran rumah tergantung lahan dimana rumah itu dibangun (dataran rendah/tinggi) dan warisan rumah dari orang tua.

Bangunan yang ada di kampung naga semua menghadap ke arah kiblat (arah kaum muslim jika sholat), semuanya berwarna putih dan warna putihnya itu karena kapur yang digunakan untuk melapisi tembok rumah. Warga kampung naga tidak menggunakan cat pada umumnya yang berwarna-warni karena kalau diizinkan menggunakan cat, maka penduduk kampung naga akan mewarnai rumahnya sesuai selera sehingga bisa terlihat kesenjangan sosial bahkan sampai kecemburuan sosial antar penduduk

kayu Suren (Photo By Didit Abdillah)
Kayu Albasiyah (Photo by Didit Abdillah)
Kayu yang digunakan untuk rumah kampung naga menggunakan 2 jenis kayu. Kayu albasiyah dan kayu suren. kayu suren memang terlihat lebih bagus dan kuat, tetapi sebenarnya Kayu Albasiyah walau terlihat usang dan jadul, kayu Albasiyah lebih tahan lama








Rumah penduduk kampung naga semuanya mempunyai dua pintu depan, satu pintu langsung ke ruang tamu dan satu pintu lagi bisa langsung menuju ke dapur.

Jangan berharap akan ada kamar mandi di tiap rumah penduduk kampung naga,karena mereka berpendapat "rumah bukanlah kamar mandi dan kamar mandi bukanlah rumah"hal ini lah yang membuat kegiatan Mandi,buang air sampai mencuci baju semuanya dilakukan di luar rumah

Atap yang digunakan untuk rumah tersebut menggunakan ijuk yang biasa digunakan untuk sapu, ijuk yang akan digunakan sebagai atap akan dikeringkan terlebih dahulu agar lebih kuat dan konon kata penduduk setempat, atap ini kuat hingga 30 tahun
Kamar Mandi (Photo By Didit Abdillah)
Tempat Buang Air
(Photo By Didit Abdillah)

Disetiap rumah penduduk kampung naga biasanya memiliki 1 ruang tamu yang memanjang, 1 kamar tidur, dapur dan tempat penyimpanan padi dan bahan makanan lai yang disebut "Goah".

Biasanya kita memakai kompor yang digunakan untuk memasak, mereka masih menggunakan tungku, tetapi didalam rumah tidak ngebul karena asap hasil masak diserap oleh atap rumah mereka yang terbuat dari ijuk dan makanan yan disajikan pun tidak berbau seperti gosong tetapi mempunyai bau khas yang tidak mengganggu penciuman saat dimakan pun

Abu yang dihasilkan dari pembakaran kayu memasak pun setelah menumpuk bisa langsung dibuang di lubang kecil yang berada di dekat tungku dan dibawah tempat pembuangan tersebut digunakan juga sebagai kandang ayam, sehingga kotoran ayam dan abu hasil pembakaran tersebut bercampur dan bisa dijadikan untuk pupuk.
Dibawah lantai ini terdapat tempat buang abu dan kandang ayam
(Photo by Didit Abdillah)

Tungku Masak (Photo by Didit Abdillah)

Goah (Photo by Didit Abdillah)


Memperbaiki Atap Yang Sudah Rusak
(Photo by Didit Abdilah)
Menurut buku "Komunikasi Lintas Budaya" yang dikarang oleh Samovar dkk.
Simbol merupakan segala sesuatu yang mengandung makna khusus yang diketahui oleh orang-orang yang menyebarkan budaya".

Pengetian tersebut dapat dilihat dari bentuk atap di rumah penduduk kampung naga mempunyai bentuk seperti "tanduk" tapi ini bukan berarti yang menjadikan cikal bakal disebutnya Kampung Naga, melainkan tanduk tersebut merupakan kaitan antar bambu yang menunjukan perdamaian. entah disengaja atau tidak, bentuknya memang seperti jari yang yang menunjukan lambang perdamaian seperti "peace" (^^)v
(Photo by Didit Abdillah)

-MASJID-
Masjid yang ada di Kampung Naga letaknya tepat perada di tengah desa dengan ukuran yang tentu saja besar untuk menampung semua penduduk kampung naga untuk beribadah. 

Bentuk bangunan masjid pada umumnya sama dengan bangunan yang lain hanya saja yang membedakan adalah bedug yang berada tepat di depan masjid

Pada sore hari biasanya banyak anak-anak yang mengaji dan penerangan pun hanya mengunakan petromaks  dan beralaskan kayu suren
NampakLuar Masjid (Photo by Didit Abdillah)

Nampak Dalam Masjid (Photo by Didit Abdillah)
-BALAI WARGA-

Balai warga juga digunakan seperti pada umumnya. Seperti digunakan untuk musyawarah, pemilihan kepala desa, pemilihan kuncen, dll.

Balai warga berada tepat di sebelah masjid dengan ukuran yang tidak jauh berbeda dan bentuk bangunannya jelas,sama dengan bangunan-bangunan lain yang berada di kampung naga.

Nampak Dalam Balai Warga (Photo by Didit Abdillah)
-Bumi Ageng-
Rumah yang besar yang berada di tempat yang cukup tinggi di kampung naga "Ini penduduk asli sini aja ga boleh masuk kesini, saya dari kecil sampe sekarang belum pernah masuk" kata Mang Ijat pemandu wisata kami

Katanya yang boleh masuk ke dalam rumah ini hanya kepala adat

Pengunjung pun tidak boleh mengambil gambar dari dekat sehinga saya juga tidak bisa mendapatkan gambanya karena kalau mengambil dari jauh pun terhalang rumah penduduk.

Rumah itu rumah yang besar, berada di dataran tinggi dan satu-satunya bangunan yang dipagar

Nih Poto Saya Sama Mang Ijat
(Photo By Yonanda Dewantoro)




Tuesday, December 25, 2012

Kampung Naga, Tidak Ada Naga Disini

Lelah,jalanan berkelok, sempit dan penuh tantangan sangat mecau adrenalin kami dalam perjalanan kami ke Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya Kecamatan Neglasari.

Kampung adat budaya ini memberikan keindahan alam yang asli, asri dan sejuk dengan pemandangan hijau sawah yang memanjakan mata kami setiba kami disana sambil menuruni tangga sebanyak 439 anak tangga

(photo by Didit Abdillah)

"Hidup dengan alam,bersahabat dengan alam, maka alam akan memberikan kebaikannya untuk kita" kata-kata yang dipegang teguholeh penduduk kampung naga untuk menjaga alam amanat leluhurnya secara turun temurun

Hal yang menuat saya maskin 'respect' dengan penduduk kampung naga karena mereka menganggap perbedaan sebagai warna kehidupan, tidak mengakibatkan perdebatan apalagi peperangan. warga kampung naga pun tidak memperhatikan akan kasta

"Alam ini bukan warisan, melainkan amanat, oleh sebab itu alam ini harus dijaga agar tetap lestari" kalau ini kata-kata dari saya sendiri untuk para pembaca sebelum saya tahu kampung naga, memang mempunyai kemiripan di beberapa bagian sebab setelah saya mengunjungi Kampung Naga juga memberikan pelajaran bagi saya agar tetap menjaga dan merawat alam ini untuk anak dan cucu kita kelak.

interaksi dengan alam ini jelas terlihat ketika hal yang baik dilakukan untuk alam maka alam akan memberikan yang terbaik untuk kita contoohnya di kampung naga mata Air Cikahuripan yang langsung bersih tanpa harus dimasak  bahkan sudah lolos test dari Lab UNPAD, "itu karena warga kampung naga yang ga pernah buang sampah sembarangan seperti ke sungai" kata Mang ijat pemandu wisata kami, tetapi warga kampung naga tetapmemasak mata air tersebut agar makin bersih".

untuk pertanian pun, warga kampung naga tidak menggunakan pupuk dari pabrik berbahan kimia, tetapi menggunakan pupuk kandang dan sisa pembakaran tungku saat memasak lalu dicampur dan dikeringkan untuk dijadikan pupuk

Banyaknya Pelajar dan Mahasiswa yang datang ke Kampung Naga juga menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk observasi, study tour dan pembahasan skripsi. Pengunjung disini juga harus mematuhi peraturan yang berlaku disana dan tentu saja tidak bisa bertingkah seenaknya di tempat wisata lainnya.

Penduduk kampung naga mayoritas beragama Islam, muslim disini taat beribadah dan menjalankan perintah agamanya. walaupun dalam keterbatasan, penerangan masjid yang hanya menggunakan petromaks dan saat adzan pun menggunakan bedug untuk menandai masuknya waktu sholat sebelum adzan berkumandang, karena adzan disana tentu saja tidak mengunakan pengeras suara, karena tidak ada listrik.

beternak, bertani, guru bahkan pemandu wisata menjadi mata pencaharian warga kampung naga sendiri...

ingin tahu lebih lengkapnya ?? pantengin aja terus blog saya ;)